A.
Pengertian
perkembangan sosial
Perkembangan sosial adalah tingkatan jalinan
interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain,
hingga masyarakat secara luas.
perkembangan sosial menurut
beberapa ahli:
1. Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial
adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam
berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.
2.
Singgih D
Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa,
sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan
sosialnya yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.
3. Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan sosial
telah dimulai sejak manusia itu lahir. Sebagai contoh, anak menangis saat
dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa. Hal ini membuktikan adanya
interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
Jadi, dapat diartikan bahwa perkembangan sosial akan
menekankan perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang anak atau individu yang lebih besar tidak
bersifat statis dalam pergaulannya, karena dirangsang oleh lingkungan sosial,
adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana ia sebagai salah satu
anggota kelompoknya.
1. Faktor
yang mempengaruhi perkembangan sosial anak
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
perbedaan antara ketrampilan dan kematangan sosial seseorang anak dengan
lainnya, yaitu :
v Usia keronologis dan usia mental anak.
Semakin bertambahnya usia anak, ia akan semakin
trampil, semakin besar bariasi dan terampilannya, semakin abik pula kualitasnya
(Hurlock, 1999). Usia kronologis juga berhubungan dengan kematangan. Untuk
dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga
mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam
berbahasa juga sangat menentukan
v Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis.
Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat
orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu
bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
v Urutan anak
Ada perbedaan perkembangan motorik anak menurut urutan
kelahiran anak. yang dikemukakan oleh Hurlock (1999) bahwa perkembangan motorik
anak pertama cenderung lebih baik daripada perkembangan anak yang lahir
kemudian hal ini lebih dikeranakan oleh perbedaan rangsangan yang diberikan
oleh orang tuanya. Demikian juga dengan kondisi kematangan sosial anak hal ini
dipengaruhi oleh urutan anak. Anak pertama akan lebih banyak memerankan model
sosial dibandingkan dengan anak tengah ataupun anak bungsu.
v Jenis kelamin
jenis kelamin membedakan pola interaksi sosial anak
antara anak perempuan dan anak laki-laki memiliki perbedaan pola interaksi, hal
ini mempengaruhi pula pada kematangan sosial anak. Dua anak yang usianya sama
tetapi berjenis kelamin berbeda, maka kematangan sosialnya pada aspek-aspek
tertentu tentu berbeda.
v Keadaan sosial ekonomi
Kondisi perekonomian orang tua (keluarga) akan
berdampak pada sikap interaksi sosial anak. Secara umum dapat tergambarkan
bahwa anak-anak yang memiliki kondisi sosial ekonomi lebih baik maka anak akan
memiliki kepercayaan diri yang baik pula. Anak-anak orang kaya memiliki
berbagai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosialnya pada berbagai kesempatan
dan kondisi lingkungan yang berbeda. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh
kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat.
v Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang
terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan
mereka dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan
bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan
pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada
norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk
perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
v Kepribadian anak
Kepribadian anak disini adalah tipologi anak pada masa
perkembangan. Anak-anak yang memiliki kepribadian terbuka atau yang disebut
berkepribadian extrofert akan lebih bisa berinteraksi dengan lingkungannya
dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki tipe kepribadian tertutup
introfert.
v Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang
kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika
berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga. Pendidikan
orang tua mempengaruhi bagaimana anak bersikap dengan lingkungannya.
Ketidaktahuan orang tua akan kebutuhan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya tentu membatasi anak untuk dapat lebih leluasa melakukan eksplorasi
sosial diluar lingkungan rumahnya. Pendidikan orang tua yang tinggi, atau
pengetahuan yang luas maka orang tua memahami bagaimana harus memposisikan diri
dalam tahapan perkembangan anak. Orang tua yang memiliki pengetahuan dan
pendidikan yang baik maka akan mendukung anaknya agar bisa berinteraksi sosial
dengan baik.
2.
Sosialisasi pada AUD
Menurut
Hurlock, E.B. “salah satu tugas
perkembangan masa awal kanak-kanak yang penting adalah memperoleh latihan dan
pengalaman pendahuluan yang diperlukan untuk menjadi anggota kelompok dalam
akhir masa kanak-kanak”. Jadi dalam masa kanak-kanak disebut sebagi masa
prakelompok. Dasar untuk sosialisasi diletakan dengan meningkatnya hubungan
antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ketahun. Anak tidak hanya
lebih banyak bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak berbicara.
Jenis hubungan sosial lebih penting daripada jumlahnya.
Kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang
saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada
hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang
lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan
kecakapan sosial sehingga mereka lebih populer daripada anak yang interaksi
sosialnya terbatas.
Manfaat yang diperoleh anak dengan diberikannya kesempatan
untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesenangan
hubungan sosial sebelumnya. Yang umumnya terjadi pada masa ini adalah bahwa
anak lebih menyukai kontak sosial sejenis daripada hubungan sosial dengan
kelompok jenis kelamin yang berlawanan.
Antara usia dua dan tiga tahun, anak menunjukan minat yang
nyata untuk melihat anak-anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan
mereka. Ini dikenal dengan bermain sejajar, yaitu bermain sendiri-sendiri,
tidak bermain dengan anak-anak lain. Kalaupun terjadi kontak, maka kontak ini
cenderung bersifat perkelahian, bukan kerja sama. Bermain sejajar merupakan
bentuk sosial yang pertama-tama dilakukan dengan teman-teman sebaya.
Perkembangan selanjutnya adalah bermain asosiatif, di mana
anak terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain. Dengan
meningkatnya kontak sosial , anak terlibat dalam bermain kooperatif, dimana ia
menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi. Sebagian anak sudah mulai bermain dengan anak
lain, ia masih sering berperan sebagi penonton, mengamati anak lain bermain
tetapi tidak berusaha benar-benar bermain dengannya. Dari pengalaman mengamati
ini, anak muda belia belajar bagaimana anak lain mengadakan kontak sosial dan
bagaimana perilakunya dalam berbagai situasi sosial.
Kalau pada masa anak berusia empat tahun telah mempunyai
pengalaman sosialisasi pendahuluan, biasanya ia mengerti dasar-dasar permainan
kelompok, sadar akan pendapat orang lain dan berusaha mendapatkan perhatian
dengan cara berlagak menonjolkan diri. Dalam tahun-tahun selanjutnya ia
memperhalus perilaku baru yang dapat diterima oleh kelompok teman-temannya.
Menurut George
Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang
dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
a.
Tahap persiapan
(Preparatory Stage)
Tahap ini
dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna. Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang
masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami
tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan
tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
b.
Tahap meniru
(Play Stage)
Tahap ini
ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang
dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang
anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai
menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada
posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial
manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang
tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan
bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang
anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
c.
Tahap siap
bertindak (Game Stage)
Peniruan yang
dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung
dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada
posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain
secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga
dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi
semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan
dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di
luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu,
anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
d.
Tahap
penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini
seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada
posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
sangat bermanfaat
BalasHapuskunjungi juga blog saya ya kak
https://tipskenyud.blogspot.co.id/